Kamis, 14 Juli 2011

SAMUEL BECKETT - Krapp's Last Tape


Lakon pendek Samuel Beckett
Rekaman Terakhir Krapp (Krapp’s Last Tape)

 Ditulis di Ing gris tahun 1958. Pertamakan dipublikasikan di Evergreen Riview musim panas 1958. pert amakali di pentaskan di Royal Court Theater London, 28 Oktober 1958.

Hampir tengah malam di masa depan .[1]
Ruang Kerja kecil Krapp
Tengah depan
Sebuah meja kecil, kedua lacinya kalau dibuka menghadap penonton.
 Duduk di meja, menghadap depan, di seberang laci, seorang tua letih: Krapp.
Celana hitam murahan sempit terlalu pendek untuknya. Jas hitam murahan tanpa lengan, muat empat saku. Arloji perak dan rantainya berat, hem kumal terbuka di leher. Sepasang sepatu boot putih kotor yang luar biasa, paling sedikit ukuran sepuluh, sangat sempit dan lancip.
Wajah putih hidung bungur. Rambut abu-abu awut-awutan tidak cukur.
Mata ayam (tapi tidak berkacamata, agak tuli.) 
Suara parau. Nada suara tak biasa.
Diatas meja sebuah tape rekorder dengan microfon dan beberapa kardus berisi gulungan-gulungan pita rekaman. Meja dan daerah terdekat sekitarnya dalam cahaya putih yang kuat. Panggung selebihnya dalam gelap.

Krapp sejenak tetap diam tak bergerak, menghela nafas dalam, melihat arlojinya, merogoh-rogoh keempat sakunya, mengeluarkan sebuah amplop, mengembalikannya, merogoh-rogoh, mengeluarkan seikat kecil kunci, mengangkat kearah matanya, memilih sebuah kunci, berdiri dan bergerak ke depan meja. Ia membungkuk, membuka laci pertama , mengintai ke dalam, meraba-raba di dalamnya, mengeluarkan segulungan pita rekaman tape, memandang dekat-dekat[2], mengembalikannya, mengunci laci, membuka laci kedua, mengintai ke dalam, meraba-raba di dalamnya, mengeluarkan sebuah pisang besar, memandangnya , mengunci laci, mengembalikan kunci ke dalam sakunya.
Ia membalik, maju ke pinggiran panggung, berhenti, mengelus pisang, mengupasnya, menjatuhkan kulit diatas kakinya , memasukan ujung pisang kedalam mulutnya dan tetap tak bergerak, menatap kosong kedepan , akhirnya ia gigit ujungnya, menghadap kesamping, dan mulai melangkah mondar-mandir di pinggiran panggung, di dalam cahaya, tidak lebih empat atau lima langkah setiap arah, meditatif, makan pisang. Ia menginjak kulitnya, tergelincir, hapir jatuh, ia mendapat keseimbangannya kembali, membungkuk, dan menatap ke kulit dan akhirnya tetap membungkuk, dengan salah satu kaki, mendorongnya melampaui pinggiran pannggung ke lubang (bawah panggung)
Ia melanjutkan langkahnya, menghabiskan pisang, kembali ke meja, duduk, sejenak tetap tak bergerak, menghela napas dalam, mengambil kunci dari sakunya, mengangkat kea rah matanya, memilih kunci, berdiri dan berjalan menuju meja bagian depan, membuka laci kedua, mengambil pisang besar kedua, memandangnya, mengunci laci, memasukkan kunci kembali ke sakunya, membalik, menuju pinggiran panggung, berhenti, mengusap pisang, mengupas, membuang kulitnya ke lubang, memasukkan ujung pisang ke mulutnya dan tetap tak bergerak, menatap kosong ke depan.
Akhirnya ia mempunyai ide, memasukkan pisang ke dalam saku jasnya, ujung menyembul, dan dengan kecepatan yang bisa dia capai, dia pergi ke belakang panggung menuju kegelapan. Sepuluh detik. Letupan keras gabus. Limabelas detik. Ia kembali ke cahaya membawa sebuah buku besar tua dan duduk di atas meja, mengusap mulutnya, mengusap kedua tangan pada jas bagian depan, mengatupkan kedua tangannya ke depan dengan tangkas dan menggosok-gosokkannya.
 KRAPP : (Cepat) Ah! (Ia membungkuk di atas buku, membalik-balik halaman. Menemukan catatan yang dia inginkan, membacanya.)
 Kotak…tiga…kumparan[3]…lima…. (
Ia mengangkap kepalanya dan memandang depan, dengan suka cita )
 Spool! Kumparan! (Diam) Kumparan! Spoooool!
 (Tersenyum gembira. Diam. Ia membungkuk di atas meja, mulai memandang dan mengaduk-aduk kotak-kotak karton).
 Kotak … tiga … tiga … empat … dua … (dengan keheranan) Sembilan! Tuhan!  … tujuh … Ah! Bangsat
 (ia mengangkat kotak, memandanginya.) Kotak tiga
 (ia meletakannya di atas meja, membukanya dan memandang beberapa kumparan  di dalamnya. )
 Spool ! Kumparan! (ia memandang  bukunya.) Lima … (ia memandang kumparan. ) Lima … Lima … Ah! Banjingan Kecil
 (ia mengeluarkan sebuah kumparan, memandangnya.) Spool lima. (ia meletakannya di atas meja,  menutup kotak tiga, mengembalikan bersama yang lain, memungut kumparan.) Kota tiga Spool lima.
 (Ia membungkuk di atas mesin tape, memandangnnya. Dengan suka cita.) Spooool!
 (senyum bahagia. Membungkuk, memasang kumparan pada mesin, menggosok-gosok tangannya.) Ah!
 (ia memangdang dekat-dekat buku, membaca catatan di halaman kaki.) Akhirnya … Ibu istirahat … hm … Bola hitam
 (ia mengangkat kepalanya, menatap kosong ke depan. Bingung.)
 Bola hitam?
 (ia melihat ke buku lagi dekat-dekat, membaca.)
Perawat hitam …
 (ia mengangkat kepala, merenung, melihat ke buku, membaca.)
Kondisi buang air besar  sedikit membaik … hm … mengesankan … apa?
 (ia menatap lebih dekat.)
Siang malam mengesankan …
 (ia mengangkat kepalanya, membelalak kosong ke depan. Bingung)
Siang malam yang mengesankan?
 (Diam, ia mengangkat bahunya, melihat kembali ke buku, membaca.) perpisahan pada_
 (ia membalik halaman)_ cinta
 (ia mengangkat kepalanya, merenung, membungkuk di atas mesin, menyalakan dan mengambil posisi mendengarkan, yakni bersandar ke depan, siku di atas meja, tangan melekukan telinga kea rah mesin, wajah kedepan. )
 Tape : (suara keras, agak angkuh, jelas suara Krapp jauh dimasa lampau.)
Hari ini tiga puluh Sembilan, bunyi seperti_
 (menempatkan diri lebih nyaman, ia menurunkan salah satu kotak dan buku ke bawah, memutar ulang kembali pita rekaman dari awal menyalakan, kembali pada posisi duduknya.)
 Hari ini tiga puluh Sembilan, bunyi seperti lonceng, selain dari kelemahan lama dan intelektualku sekarang aku punya alas an curiga pada … (ragu-ragu)… puncak satu_ atau semacamnya. Menghadiri  acara-acara membosankan, seperti tahun-tahun terakhir, diam-diam ke gudang minum anggur . sendirian di depan perapian mata tertutup, memisahkan butir-butir padi dari kulitnya. Membubuhkan beberapa catatan di belakang amplop. Bagus bisa kembali ke ruang kerjaku lagi , di dalam kain-kain tuaku. Baru saja selesai makan tiga buah pisang  dan dengan menyesal harus kukatakan hanya dengan susuah payah menahan diri dari yang ke empat.  Sangat patal untuk orang dengan kondisiku.
 (dengan suara keras) pantanglah semua! (Diam.) Lampu baru diatas mejaku adalah kemajuan besar. Sejauh ini dengan kegelapan di sekelilingku aku merasa tak begitu sendirian. (Diam.) Aku suka sekali bangun dan bergerak-gerak di sekitar, lalu kembali lagi ke … (ragu-ragu) … ke diriku … (Diam.) Krapp
 (Jeda)
Butir padi, sekarang aku sendiri heran apa yang kumaksud dengan itu,maksudku … (ragu-ragu) Aku rasa maksudku … hal-hal semacam itu bernilai untuk dimiliki kalau semua debu sudah … kalau semua debu yang ada dalam diriku sudah mengendap. Kututp mataku dan berusaha dan membayangkan mereka.
 (Jeda. Cepat-cepat Krapp menutup matanya.) betapa hening malam ini, kupasang telingaku dan tak mendengar apa pun. Malam-malam begini si nona tua Mc. Glome biasanya selalu menyanyi. Tapi tidak mala mini. Dia bilang, lagu-lagu masa remaja. sulit membayangkan dia sebagai seorang gadis. Bagaimana pun dia perempuan hebat. Dari Counnaught[4], k ukira . (Diam) Apakah aku akan menyanyi                 kalau aku sampai seumur dia?. Tidak! (Diam.) sebagai laki-laki remaja aku menyanyi. Tidak (Diam.) Pernah aku menyanyi? Tidak!
 (Jeda)  
Baru saja mendengarkan masa lalu yang melintas tak sengaja. Aku tidak melihat dalam buku harian, tapi mestinya paling sedikit sepuluh atau dua belas tahun lalu, kukira pada waktu itu aku berjuang bertahan hidup dan kadang masih bersama Bianca di jalan Kedar. Diluar itu semua, ya Tuhan! Bisnis Sia-sia. 
(Diam)
Tidak banyak tentang dia, selain pujian untuk matanya. Sangat hangat. Tiba-tiba aku melihat kembali (Diam.) Tidak ada duanya!
 (Diam.) Ah betul … (Diam.) Pembongkaran mayat-mayat lama ini memang mengerikan, tapi aku sering mendapatinya sebagai
_ (krapp mematikan, merenung, menyalakan.)_suatu cara sebelum mulai ke … (ragu-ragu)… retrospeksi baru. Sulit dipercaya dulu akulah anak bajingan itu. suaranya! Ya Tuhan! Dan cita-citanya (Tertawa singkat Krapp itu serta.)
khususnya mengurangi minum. (Diam.) Rencana mengurangi … (Ragu-ragu.) … Seks yang mengasyikkan. Penyakit terakhir ayahnya, kurang bergairah mencari kesenangan. Lemah dalam tindakan. Mencibir pada masa muda dan bersyukur pada Tuhan semua sudah lama berlalu.
 (Diam.) Ada dering sumbang disana. (Diam.) bayang-bayang tentang karya … Besar.  Berakhir dengan sebuah _(Tertawa singkat.)_Lengkingan pada Tuhan_(Tertawa panjang,Krapp ikut serta.)
Apa yang tersisa dari semua penderitan itu? seorang gadis bermantel hijau kumal, disebuah peron stasiun kereta api? Bukan?
(Jeda.)
Ketika kulihat_!
Krapp mematikan, merenung, melihat arlojinya, berdiri, pergi kebelakang panggung kedalam gelap. Sepuluh detik letupan gabus. Sepuluh detik. Gabus kedua. Sepuluh detik. Gabus ketiga. Sepuluh detik. Pecah suara gemetar suara singkat.
Krapp :  (Menyanyi.) Kini hari-hariku sudah berlalu malam mengurat malam baying-bayang_
Serangan batuk. Ia kembali dalam cahaya, duduk, menyeka mulutnya,menyalakan, mengambil posisi mendengarkan.
Tape : _  Dengan kembali ke tahun-tahun yang sudah lalu, aku berharap bisa saja sekilas mata tua yang datang, disana tentu saja ada rumah diatas kanal dimana ibu terbaring menjelang ajal, dipenghujung musim gugur, after her long viduity[i]._dan_(Krapp mematikan memutar ulang sedikit kebelakang, membungkukan telinga lebih dekat ke tipe, menyalakan.)_Menjelang ajal, diawal musim hujan, after long viduity, dan_
 (Krapp mematikan, mengangkat kepalanya, membelalak kosong di hadapannya. Mulutnya bergerak Krapp mematikan, memutar ulang sedikit, membungkuk telinga lebih dekat ke mesin, menyalakan.) _dalam silabel viduity! Tanpa suara. Ia berdiri, pergi kebelakang panggung, kedalam gelap, kembali dengan kamus sangat besar, meletakan dimeja, duduk dan mencari kata-kata tersebut.
Krapp  : (Membaca dari kamus.) Viduity … Keadaan_atau kondisi_menjadi_atau tetap_janda_atau duda_(Mencari-cari. Bingung.) Menjadi_atau teta? (Diam sejenak. Ia melihat kamus lagi. Membaca.) Deep weeds of viduity … artinya kerudung duka seorang janda … Burung … vidua_burung penganyam disebut demikian karena ekornya sangat panjang dan hitam menyerupai kerudung … terutama yang dimiliki burung jantan (ia memandang dengan suka cita.) Burung vidua, burung duda atau janda!
 (Jeda. Ia menutup kamus, menyalakan, duduk kembali dalam sikap mendengarkan.)
 Tape : _Bangku diatas kanal dimana aku bisa melihat jendela. Disana aku duduk, dengan angin menusuk, berharap ibu sudah pergi (Diam.) Hampir tak ada orang, hanya beberapa yang memang selalu ada, perawat muda, bayi, orang tua, anjing, aku mulai mengenal mereka cukup baik, oh maksudku dari penampilannya tentu saja! Yang pertama kuingat kembali kecantikan seorang gadishitam yang serba putih dan berkanji, dengan sebuah dada luar biasa, dengan kereta besar berkap hitam, hamper semua hal yang berhubungan dengan kesedihan. (Diam.) Setiap kali aku menengok kearahnya, matanya tertuju padaku … dan ketika belum pernah memperkenalkan diri_cukup berani untuk berbicara padanya … ia mengancam memanggil polisi … seakan aku punya maksud kurang baik diatas diatas kebaikannya (tertawa. Diam.) Wajahnya! Matanya! Seperti … (Ragu-ragu.) … permata zaitun! (Diam.) Ahya … (Diam.) aku disana ketika_(Krapp, mematikan, merenung, menyalakan lagi.)_kerai jendela diturunkan, salah satu pengurung bingkai coklat kotor itu, melempar bola pada seekor anjing putih, sebagai kemungkinan bisa memiliki. Aku sempat memandangnya dan disanalah padaakhirnya semua terjadi dan … (Diam.)… Berlalu. Untuk beberapa saat aku duduk dengan bola ditanganku dan si anjing mendengking-dengking dan mencakar-cakar kearahku. Saat-saat. Saat-saatnya, saat-saatku … (Diam.) Saat-saat si anjing. (Diam.) Pada akhirnya kuulurkan padanya dan ia pun mengambilnya, memasukan kemulutnya, dengan lemah-lembut, pelan-pelan. Bola karet tua, padat hitam dank eras. (Diam.) aku akan merasakannya ditanganku, sampai akhir hayatku. (Diam.) Bisa saja aku memilikinya. (Diam.) Tapi kuberikan pada si anjing.
 (Jeda.)
 Naah ya …                        
 (Jeda.)
 Setahun dalam muram dan derita batin luar biasa, sampai pada malam penuh kenangan di bulan Maret  di dermaga laut angin menderu, tak pernah terlupakan, ketika tiba-tiba aku melihat seluruhnya, bayang-bayang teakhir  yang aku sukai ini apa yang berhasil kurekam mala mini. Berbeda siang hari ketika kerja harus diselesaikan dan mungkin tak ada tempat tersisa untuk ingatanku, hangat atau dingin, untuk keajaiban yang … (Ragu-ragu.)… untuk api yang membuatnya cahaya. Apa yang tiba-tiba kulihat kemudian adalah ini, bahwa keyakinan yang telah kujalani sepanjang hidupku, sebenarnya … (Krapp mematikan tidak sabar, memutar pita maju kedepan, menyalakan lagi.)_hanya batu granit besar mengguncang busa terbang keatas dalam cahaya mercusuar dan angin berputar dengan kecepatan baling-baling, jelas bagiku pada akhirnya bahwa gelap yang selalu kusimpan dalam-dalam dengan susah payah dalam kenyataannya adalah perasaan-perasaan yang tidak pernah goyah, sampai terhentinya badai dan pupusnya malamku bersama api dan cahaya pencerahan_(Krapp menyumpah lebih keras, mematikan, memutar maju rekaman, menyalakan lagi.)_wajahku didadanya dan tanganku diatasnya. Kami berbaring disana tak bergerak, dan menggerak- gerakan kami, pelan, ke atas dank e bawah, dan dari samping ke samping.
(Jeda.)
Lewat tengah malam. Belum pernah tahu hening demikian. Barang kali bumi tak berpenghuni.     
(Jeda.)
 Disini kuakhiri_(Krapp mematikan, memutar ulang kebelakang, menyalakan lagi.)_diatas danau, dengan perahu lebar dan papar, mandi di pinggiran, lalu terjun kesungai berhanyut-hanyut. Dia berbaring diatas lantai papan dengan tangannya dibawah kepala dan matanyatertutup. Matahari terik turun, angin agak sepoi, airnya hidup dan menyenangkan. Kuperhatikan goresan diatas pahanya dan menanyakan padanya bagaimana bisa terjadi. Memetik buah frambos, jawabnya. Kujawab lagi kupikir tak ada gunanya dan tak baik diteruskan, dan tanpa membuka matanya, ia pun setuju. (Diam.) Kuminta dia memandangku, dan setelah beberapa saat_(Diam.)_setelah beberapa saat _(Diam.)_setelah beberapa saat dia melakukannya, tapi matanya hanya menyipit, karena cahaya menyilaukan. Aku membungkuk mendapatinya dalam bayangan, dan keduan matanya membuka. (diam.)Biarkan aku masuk (Diam.) Kami berhanyut-hanyut disela tanaman belukar dan terjebak. Caranya tenggelam, desahnya, di depan haluan! (Diam.) Aku berbaring melintang dengan wajahku didadanya dan tanganku diatasnya. Kami berbaring disana tanpa bergerak. Tapi dibawah kami semua bergerak, dan menggerak-gerakkan kami, pelan, keatas, kebawah, dan dari samping ke samping.
(Jeda.)
Krapp mematikan, merenung, akhirnya meraba-raba sakuya, menemukan pisang, mengeluarkan, memandangnya, meletakan kembali, merogoh-rogoh, mengeluarkan amplop, merogoh-rogoh, mengembalikan amplop, melihat arlojinya, berdiri dan menuju kebelakang panggung ke dalam gelap. Sepuluh detik, suara botol beradu gelas, kemudian tuangan singkat, sepuluh detik, hanya botol beradu gelas. Sepuluh detik. Ia kembali kedalam cahaya, sedikit terhuyung, menuju depan meja, mengeluarkan kunci, mengangkat kedepan matanya, memilih kunci, membuka laci pertama, mengintip kedalam, meraba-raba didalamnya, mengeluarkan alat penggulung, memandanginya, mengunci laci, memasukkan kunci kedalam sakunya, melangkah dan duduk kembali, melepaskan kumparan dari mesin tape, meletakkannya diatas kamus, memasang kumparan yang masih baru kemesin, mengambil amplop dari sakunya, meletakkan diatas meja, menyalakan, menjernihkan kerongkongannya, dan mulai merekam.
Krapp : baru saja mendengarkan si bajingan goblok, yang kurekam sendiri tiga puluh tahun lalu, sulit untuk percaya aku pernah seburuk itu. terima kasih Tuhan bagaimana pun semua terjadi. (Diam.) Mata yang dia miliki! (Merenung, menyadari ia merekam keheningan. Mematikan, merenung. Akhirnya…) Segala-galanya disana, segala-galanya, semua_(Menyadari belum terekam, menyalakan.) segala-galanya Diana, segala-galanya diatas bola kotor tua ini, semua terang dan gelap dan kelaparan dan pesta-pesta … (ragu-ragu.) Bertahun-tahun (Dalam teriakan.) Ya! (Diam.) Biarkan itu pergi! Ya Tuhan! Melepaskan pikiran dari pekerjaan rumahnya! Tuhan! (Diam, Bosan) Baiklah! Mungkin ia benar. (Diam.) Mungkin ia benar. (Merenung, menyadari, mematikan, memeriksa amplop.) Bwuah! (Meremas-remas, membuangnya, merenung, menyalakan.) tak ada yang diucapkan, tak secicip pun. Tahun berapa sekarang? Kunyahan basi dan bangku besi. (diam.) Bersuka ria dengan kata Spool.
(Dengan suka cita.) Spooool! Masa-masa paling menyenangkan setengah juta masa lalu. (Diam.) Terjual tujuhbelas  Copy, sebelas diantaranya dengan harga pasar untuk menyebarkan sirkulasi ke pustakaan keseberang lautan. Mulai dikenal … (Diam.) satu koma enam poin sekian, delapan aku sedikit bimbang (Diam.) merangkak keluar rumah sekali dua kali, sebelum musim panas kembali dingin. Duduk ditaman mulai menggigil, tenggelam dalam mimpi-mimpi dan membakarnya habis. Tak ada orang. (Diam.) Kesenangan-kesenangan terakhir.
(Dengan semangat.) Simpan semua dalam-dalam. (Diam.) Mataku mendidih lagi membaca effie, satu halaman satu hari, dengan air mta lagi … effie … (Diam.) Bisa saja berbagi bersamanya, di atas sana diatas baltik, dan cemara-cemara, dan bukit-bukit pasir. (Diam.) Bisakah aku? (Diam.) Dan dia ? (Diam.) Bwuah! (Diam.) Fanny dating beberapa kali, hantu tua cabo bonny, tak mampu berbuat banyak, tapi kukira lumayan dari pada tendangan kecil di selangkangan. Waktu terakhir kali tidak takbbegitu buruk. Bagaimana kau mengaturnya, tanyanya, diusiamu? Kukatakan padanya telah kusimpan untuknya sepanjang hidupku. (Diam.) sekali pergi ke gereja, seperti ketika aku masih bercelana pendek.
(Diam. Menyanyi.)
Kini hari-hariku sudah berlalu, malam menggurat malam bayang-bayang _(Batuk-batuk hamper tak terdengar.)_malam menyelinap melintas langit
(Menghela Napas.) Mengantuk dan terjatuh di bangku gereja. (Diam.) di malam hari kadang bertanya-tanyakalau-kalau upaya terakhir … tidak_ (Diam) Ah habiskan minuman kerasmu sekarang dan lekas ke tempat tidur. Lanjutkan omong kosong ini besok pagi  atau tinggalkan begitu saja. (Diam.) Tinggalkan begitu saja. (Diam.) berbaring bersandar di dalam gelap_dan mengembara. Kembali lagi kepohon di malam natal, perjamuan suci, buah Frambos merah. (Diam.)  Kembali lagi ke Croghan di minggu pagi, di dalam kabut bersama si ajning betina, berhenti dan mendengarkan bunyi lonceng … (Diam.) Seterusnya … (Diam.) kembali lagi. Kembali lagi … (Diam.) seluruh kesengsaraan lama itu. (Diam.) Terbaring melintang di atasnya.
(Jeda lama.)
Tiba-tiba ia membungkuk diatas mesin, mematikan, merenggut rekaman tape dengan kasar, membuangnya, memasang yang baru, memutar maju kedepan ke bagian yang di inginkan, menyalakan, menatap kedepan.
Tape : _ Buah prambos, jawabnya. Kujawab lagi, menurutku tak ada gunanya dan tak baik diteruskan, dan tanpa membuka matanya dia pun setuju. (Diam.) Kuminta dia mengundangku dan setelah beberapa saat  dia melakukannya, tapi matanya hanya menyipit sebab cahaya menyilaukan. Aku membungkuk mendapatinya dalam bayangan, dan kedua matanya menatap kedepan. (Diam.) Biarkan aku masuk. (Diam.) kami berhanyut-hanyut disela tanaman belukar dan terjebak. Caranya tenggelam, desahnya, di depan haluan! (Diam.) aku berbaring melintang dengan wajahku di dadanya dan tanganku diatasnya. Kami berbaring disana tak bergerak. Tapi dibawah kami semua bergerak, dan mengerak-gerakkan kami, pelan, keatas, kebawah dan dari samping ke samping.
(Jeda. Bibir Krapp bergerak tanpa suara.)
Lewat tengah malam . belum pernah mendengar hening demikian. Bumi barangkali tak berpenghuni.
(Jeda.)
Di sini kuakhiri rekaman ini. Kotak_(Diam.)_tiga, spool_(Diam.)_Lima.(Diam.) Mungkin tahun-tahun  terindahku sudah berlalu. Ketika disana ada kesempatan untuk bahagia. Tapi aku tak ingin mereka kembali. Tidak dengan api yang kini ada dalam diriku. Tidak, aku tidak menginginkan mereka kembali.
(Krapp tidak bergeral menatap  di depannta. Pita rekaman terus berjalan dalam hening.)
Layar
 



[1] Menjelang tengah malam di masa depan _ untuk tidak mengundang perdebatan di antara para kritis. Beket memberikan keterangan waktu itu: di masa depan, sebagaimana alat magnetic tape recorder relative merupakan penemuan masih baru pada waktu itu, tidaklah mungkin di tahun 1958 untuk orang setua Krapp di dalam lakon tersebut untuk mendengarkan hasil rekaman suaranya sendiri yang dalam cerita di rekam semasa hal. 124). Dalam buku A samuel Beckett Reader, I cant go on, III go on, Grover Press, New York, 1976 , hal 476. Antara lain dituliskan Krapp di usia 69 tahun, mendengarkan rekaman yang dibuat sendiri 30 tahun yang lalu, diusianya yang ke- 39 tahun.
[2] To peermenatap(i) dekat-dekat; biasanya dilakukan untuk dapat melihat dengan jelasLexicon Webster Dictionary, The English Language Institut of America, Inc. 1978, hal. 699. Selanjutnya dalam terjemahan ini, kata dekat-dekat tidak lagi dituliskan menyusul kata memandang (to peer), meskipun maksud dan pengertiannya tetap sama, mengingat Krapp si pelaku dalam lakon ini bermata ayam (rabun ayam)
[3] Spoolkumparan, gelondongan; Kamus Inggris-Indonesia, John M. Echol dan Hasan Shadily, PT.Gramedia, Jakarta, 1988, first publisdeh by Cornell University press Ithacha and London, 1975, hal. 547. Kata Spool tetap dipertahankan seperti aslinya karena merupakan kata yang menjadi kegemaran si pelaku dalam naskah/lakon ini.
[4] Connaught : sebuah daerah/ propinsi di daerah barat Irlandia.


[i] Viduity kerudung janda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Lack of happiness