Selasa, 12 Juli 2011

Linguistik De Saussure, Aliran Praha, dan Aliran Amerika


STRUKTURALISME DE SAUSSURE, ALIRAN PRAHA, DAN ALIRAN AMERIKA
TUGAS TEORI LINGUISTIK
Disusun Oleh :
ITSNA HADI SAPTIAWAN
(02/159046/SA/12298)

SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2005
Strukturalisme Modern
          Linguistik sebagai ilmu yang digunakan dalam mempelajari dan menelaah berbagai bahasa, memiliki persamaan dengan ilmu-ilmu lainnya dalam hal sejarah dan perkembangannya yang bersifat dinamis. Dikenal pertama kali dalam tradisi Yunani Kuno, linguistik berkembang pesat melahirkan perspektif-perspektif baru dalam berbagai bidangnya. Adalah Ferdinand de Saussure, seorang pakar linguistik berkebangsaan Swiss, yang dikenal sebagai Bapak Linguistik Modern berdasarkan gagasan-gagasannya yang dianggap penting dalam linguistik komparatif Indo-Eropa.
          Selain beliau, yang tidak boleh dilupakan ialah para pakar linguistik di Eropa Timur yang dikenal sebagai aliran Strukturalisme Praha. Minat utama aliran ini terletak pada teori fonologi dengan menerapkan teori Saussure kepada penjabaran konsep fonem. Meskipun pada akhirnya berbeda dengan Saussure dalam beberapa konsep tentang analisis bahasa, aliran ini telah turut mengembangkan linguistik dan mempunyai pengaruh yang luas pada tahun-tahun selanjutnya.
          Strukturalisme Amerika yang lahir  belakangan, tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan Saussure maupun ahli-ahli linguistik sebelumnya. Demikianlah terdapat pengaruh dari para pakar linguistik sebelumnya terhadap pandangan-pandangan yang kemudian berkembang dalam aliran ini.
          Sesuai dengan hal tersebut, dalam makalah penulis mencoba mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan strukturalisme de Saussure, strukturalisme Praha, dan strukturalisme Amerika. Dalam strukturalisme Amerika dibahas pandangan dan pengaruh salah seorang tokohnya yakni Bloomfield. Untuk mencapai hal yang dimaksud, maka penulis menggunakan sumber-sumber berupa buku-buku yang menyebut dan menjelaskan aliran-aliran ini. Dua diantaranya ialah buku karangan RH. Robins yang berjudul Sejarah Singkat Linguistik dan buku karya Dik dan Kooij yang berjudul Ilmu Bahasa Umum. Penjelasan-penjelasan yang terdapat dalam makalah berupa review dan narasi yang disarikan dari buku-buku yang digunakan sebagai sumber.    
Ferdinand De Saussure
          De Saussure pertama kali dikenal berdasarkan gagasannya yang cemerlang tentang pembedaan dasar antara pandangan sinkronik dan diakronik terhadap bahasa serta perbedaan antara pengertian langue (sistematika bahasa) dengan parole (penggunaan bahasa). Secara garis besar, gagasan-gagasan  Saussure dapat dibagi ke dalam tiga kelompok.
·         Pertama, ia memformulasikan dan mengeksplisitkan hal-hal yang diasumsikan atau diabaikan oleh para pakar linguistik sebelumnya, yakni dua dimensi mendasar dan esensial dari kajian lingustik : sinkronik, yang memperlakukan bahasa-bahasa sebagai sistem lengkap komunikasi pada suatu saat tertentu, dan diakronik, yang memperlakukan faktor-faktor pengubah yang mempengaruhi bahasa pada suatu kurun waktu diperlakukan secara historis. Pembedaan terhadap kedua hal ini dilakukan karena masing-masing melibatkan metode-metode dan azas-azasnya sendiri disamping sifat keduanya yang esensial dalam berbagai kajian linguistik.
·         Kedua, ia membedakan kompetensi linguistik penutur dengan peristiwa sebenarnya atau data linguistik (ujaran) sebagai langue dan parole. Jika parole meliputi data yang langsung bisa diperoleh, objek pakar linguistik yang sebenarnya ialah langue dari tiap-tiap masyarakat, yakni leksikon, tata bahasa, dan fonologi yang tertanam dalam diri masing-masing individu masyarakat penutur suatu bahasa, dan berdasarkan langue tersebut maka ia bertutur dan memahami bahasanya.
·         Ketiga, Saussure menunjukkan bahwa setiap langue harus dilihat dan dideskripsikan secara sinkronik sebagai suatu sistem unsur-unsur  yang saling terkait, yaitu unsur leksikal, gramatikal, dan fonologis, dan bukan sebagai suatu kumpulan yang dapat berdiri sendiri. Istilah-istilah linguistik harus didefinisikan secara relatif antara satu dengan yang lainnya, tidak secara mutlak. Dalam suatu bahasa antarhubungan-hubungan ini terletak pada masing-masing dari kedua dimensi mendasar struktur linguistik sinkronik, yaitu sintagmatik, menurut rangkaian ujaran, dan paradigmatik (asosiatif), dalam sistem-sistem unsur-unsur kontrasif atau kategori.
Aliran Praha
          Aliran Praha adalah sekelompok ilmuwan Cekoslovakia dan lain-lainnya, termasuk Roman Jakobson, yang pada tahun 20-an bersama-sama mendirikan Cercle Lingistique de Prague. Aliran ini dianggap sebagai sambungan terpenting dari strukturalisme yang dikemukan oleh de Saussure. Aliran ini menerapkan gagasan Saussure terutama di bidang sistematika bunyi dalam bahasa yang kemudian melahirkan evaluasi terhadap teori fonem.
          Satu gagasan penting yang berasal dari Aliran Praha ialah gagasan bahwa fonem-fonem itu sendiri pun dapat dianalisa lagi menjadi sejumlah terbatas ciri pembeda (distinctive features), atas dasar keserupaan dan perbedaannya satu dengan yang lain. Analisis bunyi bahasa kedalam ciri-ciri artikulasi unsurnya bukanlah hal yang baru, akan tetapi analisis fonem sebagai satu kesatuan dalam tingkat fonologis, yang diwujudkan oleh bunyi bahasa, ke dalam deretan teratur dari kontras khusus antara sejumlah kecil ciri yang membedakan arti merupakan suatu kemajuan dalam teori fonologi dan metode deskriptif.
          Ketika perubahan bunyi ditinjau kembali berdasarkan teori fonem, dan dengan ini juga bunyi-bunyi bahasa dipahami membentuk sistem kontras yang saling berhubungan, perhatian diberikan kepada evolusi sistem fonologis alih-alih kepada perubahan bunyi terpisah dan yang dianggap terlepas satu sama lainnya. Pendekatan ini dilakukan dari dua arah :
1.      hasil akhir perubahan bunyi ialah suatu sistem fonologis yang berbeda, kecuali kalau perubahan-perubahan itu berkaitan hanya dengan perbedaan fonetik dalam batas-batas dari himpunan kontras yang ada. Jakobson menelusuri rangkaian /k/ dan /g/ dalam bahasa Latvia yang mengembangkan alofon-alofon depan sebelum vokal-vokal depan /i/ dan /e/ ([ts] dan [dz]), dan ini menjadi fonem-fonem yang terpisah, yaitu /ts/ dan /dz/, yang kontras dengan /k/ dan /g/, setelah /ai/ menjadi monoftong, /i/; Fourquet meninjau kembali dan menafsir ulang perubahan-perubahan bunyi bahasa Jerman yang membentuk ‘Hukum Grimm’ dari sudut evolusi sistem alih-alih perubahan bunyi tertentu, dan telah berupaya menjelaskan gejala historis ini sebagai mempertahankan pertentangan fonologis di bawah tekanan perubahan umum yang berturut-turut di dalam kekuatan artikulasi di pihak penutur.
2.      perubahan bunyi dapat dianggap bukan dalam hubungannya dengan akibat sistemisnya tetapi dari sudut pandang penyebab sistemisnya. Penyebab terjadinya perubahan bunyi selalu dilihat dalam kondisi-kondisi  ketika bahasa ditransmisi sebagai kemampuan yang dipelajari secara sosial dari generasi ke generasi. Faktor-faktor eksternal seperti kontak bahasa, kedwibahasaan, pengaruh-pengaruh lapisan bawah dalam masyarakat dalam kasus di mana bahasa asing dipaksakan terhadap sebuah masyarakat bahasa, dan pengaruh sistem tulisan dan lain-lain. 
 Bloomfield dalam Strukturalisme Amerika
          Selama tahun 1920-an, linguistik, terutama lingustik deskriptif mendapat pengakuan paling tinggi di universitas-universitas di Amerika; dan memberikan pengaruh mendalam terhadap kajian-kajian dan pemikiran linguistik pada dasawarsa-dasawarsa antara dua perang dunia. Tiga orang pakar yang terkenal menentukan arah perkembangan linguistik di amerika adalah Franz Boas, Edward Sapir, dan Leonard Bloomfield. Boas merupakan yang tertua dan dia mengajar beberapa pakar linguistik generasi Amerika selanjutnya. Oleh Bloomfield, Boas konon disebut sebagai ‘guru kami semua dalam berbagai pengertian’. Sapir dikenal luas sampai di luar Amerika karena telaah-telaahnya mengenai fonologi dan karena bukunya yang berjudul Language (1921), sementara Bloomfield merupakan ahli Germanistik yang juga menekuni pemerian bahasa-bahasa Indian dan bahasa-bahasa eksotis lainnya. Diantara ketiganya, Bloomfield merupakan yang paling radikal dalam menanggapi pemerian bahasa yang dilakukan oleh para ahli bahasa tradisional.   
          Dalam bukunya Dik (1994: 83-86) mengungkapkan bahwa perkembangan bentuk tersendiri dalam Strukturalisme Amerika setidaknya dibentuk oleh dua faktor. Pertama, telaah mengenai bahasa-bahasa Indian Amerika yang dilakukan oleh Boas dan Sapir.  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh kedua , diperoleh kesimpulan bahwa kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pemerian suatu bahasa dapat dilewati jika pelaksanaannya dilakukan tanpa praduga teori yang berasal dari telaah mengenai bahasa-bahasa yang berstruktur lain sama sekali dengan bahasa yang diteliti. Berdasarkan hal ini, maka kemudian dikenal anggapan bahwa setiap bahasa mempunyai sistematikanya sendiri yang tidak berbanding. Oleh karena itu, usaha mencari gejala bahasa umum dan sistematik umum dipandang sebagai hambatan dalam pemerian bahasa. Faktor kedua, tanggapan Bloomfield terhadap istilah dan pengertian berkarya dalam ilmu bahasa tradisional yang jauh lebih radikal dibandingkan dengan Boas atau Sapir, yakni tuntutan Bloomfield supaya ilmu bahasa mengikuti metode ilmu eksakta yang ketat. Untuk ini ia kemudian menggabungkan diri dengan bentuk psikologi yang saat itu dikenal sebagai behaviourisme.
          Metode empiris berupa reduksionis dari aliran ini menitikberatkan segi-segi bahasa yang dapat dibahas dengan tuntas berdasarkan pemikiran-pemikiran empiris bahwa ilmu harus hanya berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang dapat diketahui pada waktu dan tempat berlangsungnya oleh setiap dan semua pengamat; bahwa orang hanya mau menelaah berbagai bentuk perilaku manusia menurut gejala-gejala yang dapat diamati secara lahiriah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Oleh karena itu, maka filasafat ilmu dalam aliran ini dikenal sebagai ‘mekanistik’ atau ‘antimentalistik’ yang menganggap bentuk-bentuk perilaku manusia sebagai proses yang dapat dijabarkan melalui tanggapan terhadap rangsangan yang dapat diamati.
          Pada dasarnya Bloomfield berpendapat bahwa ia harus menolak permintaan bantuan kepada salah satu bentuk ‘pengetahuan’ atau ‘proses mental’ dalam menelaah bahasa manusia. Menurutnya, pengertian seperti itulah yang justru telah membawa ilmu bahasa tradisional kepada jalan buntu. Penggunaan bahasa manusia oleh karena itu adalah proses ‘S-R’ (stimulus-respon), yang mengamati dan mengkaji bentuk-bentuk bunyi bahasa pada satu pihak, serta situasi tempat terjadinya penggunaan bahasa di pihak lain.
          Oleh karena itu, maka arti suatu bangun bahasa menurut Bloomfield ialah sesuatu dalam situasi penggunaan bahasa, yang bersangkutan dengan ujaran bahasa tersebut, yaitu rangsangan (stimulus) yang menjadi dadakan bagi pembicara untuk menimbulkan ujaran bahasa tersebut, serta tanggapan (reaksi) yang menjadi akibat pengamatan ujaran bahasa tersebut bagi pendengar.                        
          Dalam penerapannya, pandangan Bloomfield  melibatkan konsentrasi pada fonetik, analisis fonologis, dan tata bahasa formal dengan penekanan pada morfologi, semua bidang yang dapat mendasarkan analisisnya kepada fenomena yang teramati secara umum, bahasa yang diucapkan, didengar, dan dicatat, dan kata-kata dan naskah-naskah yang dilisankan atau dituliskan. Berdasarkan hal ini, maka semantik, ilmu yang mempelajari makna linguistik, merupakan segi lingistik yang paling kurang dapat diuji atau ditangani secara ilmiah dan dengan demikian ditafsirkan berdasarkan cara empiris yang ketat. Kecuali beberapa istilah teknis misalnya, istilah-istilah kimia sesuatu yang mendekati analisis lengkap terhadap apa makna sebuah kata atau kalimat menurut penutur asli harus melibatkan jumlah yang tak terhinggga pengetahuan ekstralinguistik dan pengenalan terhadap banyak persepsi , perasaan, pemikiran, emosi, harapan, dan rasa takut perseorangan, dan lain-lainnya, yang seharusnya tetap bersifat pribadi, yang hanya dapat secara langsung diketahui oleh diri sendiri dan hanya dapat disimpulkan oleh orang lain melalui apa yang mungkin mereka sendiri katakan tentang hal-hal tersebut atau melalui perilaku umum mereka. Dalam bukunya Language (1933), Bloomfield mengungkapkan pesimismenya bahwa pernyataan tentang makna yang dibahas dalam semantik merupakan titik lemah dalam kajian bahasa.
          Penolakan-penolakan Bloomfield terhadap kemungkinan-kemungkinan analisis semantik pada skala yang sama ketatnya seperti yang disyaratkannya untuk sisi formal bahasa tidak dimaksudkan agar para ahli linguistik mengabaikan mempelajari semantik secara mendalam. Apa yang dinyatakan oleh Bloomfield adalah bahwa analisis semantik tidak dapat diharapkan untuk bisa mendekati ketepatan ilmiah yang diamati dan dicatat, sehingga analisis makna semacam itu akan membutuhkan pengetahuan yang luas di luar pengetahuan linguistik, dan bahwa makna, yang nyata atau yang diduga tidak dapat secara tepat sebagai kriteria dalam prosedur-prosedur analitik karena alasan-alasan ini saja. Contoh yang kemudian dikemukakan berupa pertanyaan apakah kata sunset adalah kata benda, keadaan atau proses dalam waktu dapat diperdebatkan tidak habis-habisnya; atau status dari ladang gandum sebagai sesuatu yang tunggal atau kelompok juga tidak dapat ditentukan. Akan tetapi fakta-fakta distribusional, this is a fine sunset, the wheat is doing well dan the oats are doing well secara formal sudah pasti, yaitu dalam analisis sunset dianggap sebagai nomina dan analisis wheat dan oats masing-masing sebagai nomina tunggal dan nomina jamak.
          Bagi fonologi akibat titik tolak Bloomfield berpengaruh luas. Seperti para strukturalis Aliran Praha ia pun bertolak dari dalil bahwa dalam bahasa ada perbedaan-perbedaan tertentu antara bunyi bahasa yang bersifat membedakan (distingtif), sedangkan ada yang lainnya tidak demikian, serta bahwa bunyi-bunyi bahasa dengan fungsi pembeda (fonem), terjadi dari ciri-ciri tertentu. Hanya saja, untuk menetapkan bunyi manakah yang distingtif, bloomfield beranggapan bahwa orang tidak boleh memperhitungkan perbedaan dalam arti atau perbedaan dalam struktur tata bahasa. Paling-paling orang boleh bertolak dari dari dalil bahwa seorang pengguna bahasa tahu secara intuisi bentuk bunyi manakah yang ‘tidak sama’. Tetapi selebihnya fonem-fonem dalam bahasa tersebut serta sistem yang dibentuknya harus didapati menurut tata cara yang diuraikan secara teliti, yang mana tidak boleh digunakan informasi dari bagian-bagian lain dalam pemerian bahasa. Masalah yang kemudian timbul adalah terdapatnya fonem-fonem yang tidak mampu menjelaskan perbedaan beberapa bunyi bahasa. Untuk mengatasi hal inilah maka kemudian dikenal adanya segi sistematik pada tata bahasa berupa perubahan bentuk:  Kalimat anak itu memegang layangan memiliki intonasi berbeda dengan kalimat Apakah anak itu memegang layangan?  Sedangkan dalam pasangan kata house : houses ada konsonan [s] yang berganti dengan konsonan [z].   Satuan terkecil bagi bentuk dan arti oleh Bloomfield dinamakan morfem: kata houses dan tables masing-masing terdiri atas dua morfem.
          Dengan demikian, tata bahasa sebuah bahasa memberikan pertangungjawaban sistematik tentang cara penyusunan bentuk-bentuk bahasa yang lebih besar dari bentuk-bentuk bahasa yang lebih kecil. Adapun perbedaan arti, yang dipraduga tetapi yang kemudian tidak dibicarakan sama sekali, dalam bahasa diungkapkan oleh perbedaan dalam urutan. Secara teori Bloomfield bertolak dari dalil bahwa, sama halnya dengan morfem, dalam bangun bahasa yang lebih besar, seperti kelompok kata atau kalimat, setiap momen yang bentuk yang berarti penting disertai oleh momen arti yang berarti penting atau distingtif, dan bahwa bentuk-bentuk sintaksis seperti Joko memanggil Parto, Anjing itu menangkap terwelunya juga mempunyai arti tata bahasa.
 Kritik Terhadap Strukturalisme Amerika Aliran Bloomfield
         Kritik terhadap aliran Boomfield pada dasarnya berangkat dari keberatan akan titik tolak teoritis dan praktek Bloomfield dan para muridnya yang mengakibatkan penyempitan tujuan ilmu bahasa, dan bahwa hal tersebut dipropagandakan dengan tegas sekali sebagai satu-satunya yang bersifat ilmiah.
(i)                 Deskriptif. Ilmu bahasa adalah pertama-tama pemerian bahasa, sedangkan kedua pembentukan teori umum mengenai bahasa. Selama orang masih harus mencatat betapa bedanya satu bentuk kata dalam suatu bahasa dengan satu bentuk kata dalam bahasa yang lain, dan selama kedua bahasa tersebut belum diperikan secara tuntas, maka belum mungkin dan tidak pantas diinginkan penyusunan teori umum mengenai morfologi.
(ii)                Anti-mentalistik. Tidak ada artinya orang membicarakan sistem bahasa serta penggunaan bahasa sebagai kenyataan psikis, sebab tidak akan dicapai oleh penelitian. Segi-segi bangun bahasa, baik itu mengenai fonologi atau sintaksis yang tidak langsung berpadanan dengan sebuah kategori bentuk atau sebuah perbedaan bentuk, tidak menjadi pokok penelitian. Dalam hal ini Bloomfield menyimpang secara tegas dari visi tentang bahasa alamiah oleh orang yang sezamannya, Sapir, dan juga dari aliran Strukturalisme Praha.
(iii)             Menggolongkan. Penelitian dan pemerian bahasa terbatas pada inventarisasi dan klasifikasi terhadap fonem dan morfem sebuah bahasa dan terhadap satuan-satuan lebih besar yang tersusun daripadanya. Oleh karena itu kemudian dikenal adanya distribusionalisme. Seluruh sistematika bahasa alamiah dipersamakan dengan ketentuan-ketentuan untuk penempatan dan penggabungan unsur-unsur yang menjadi bahan penyusunan bahasa tersebut.
(iv)             Terikat bahan. Pemerian sebuah bahasa membatasi diri pada keseluruhan bentuk-bentuk bahasa yang nyata-nyata diamati, sebuah korpus. Dengan demikian tidak diperkenankan membuat generalisasi yang melangkah keluar dari korpus bentuk-bentuk bahasa yang diteliti. Ini berarti, dalam karya lapangan orang harus mulai dengan mencatat dan memberi sistem kepada bentuk-bentuk bahasa yang telah diteliti. Sayangnya, langkah kedua yang seharusnya dilakukan yakni penyusunan hipotesis serta usaha menguji hipotesis tersebut di luar bentuk-bentuk bahasa yang diamati tidak dilaksanakan oleh para pengikut Bloomfield.
(v)               Heuristik. Perangkat teori kaum pasca-Bloomfield ditujukan kepada tehnik pengamatan, dan kepada analisis bentuk-bentuk bahasa yang telah diamati tanpa memandang apakah mungkin merancang prosedur-prosedur yang kedap yang dipakai untuk mendapati sistematik bahasa ilmiah. Hal inilah yang memicu keberatan terutama kenyataan bahwa tehnik dan metode heuristik kemudian oleh kaum pasca-Bloomfield diangkat menjadi teori bahasa.
Kesimpulan
Daftar pustaka :
Dik, S.C. dan J.G. Kooij. 1994. Ilmu Bahasa Umum. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Robins, R.H. 1995. Sejarah Singkat Linguistik. Bandung: Penerbit ITB.           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Lack of happiness