Teater Lembaga |
KOOR |
Kidung Orang-orang Rakus |
Orang Teater Lembaga [Pick the date]
|
KOOR
Kidung Orang Orang Rakus
By
Orang Teater Lembaga
Prolog
MUSIK.ORANG-ORANG BERPERUT BUNCIT BERMUNCULAN DALAM AKTIVITAS MEREKA, TENGGELAM DALAM IRAMA DAN NYANYIAN GEMBIRA. HINGGA SATU MOMENT, GERAKAN MEREKA MEMBEKU. KUROP, MENYIBAK KERAMAIAN, BICARA PADA PENONTON.
KUROP
Koor? Kedengerannya aneh gak, sih? Tapi di sini, di negeri kami yang bernama Negri Durjanasia ini, anda boleh bilang kalo setiap kami semua adalah penganut koor yang taat. Karena koor adalah nilai luhur warisan para leluhur. Anda bisa buktikan semua itu dengan melihat bagaimana cara kami memelihara dan membuncitkan perut-perut kami. Karena perut buncit adalah lambang kegagahan kami, kewibawaan, kesuksesan, kesejahteraan dan kesempurnaan hidup kami. Jadi sudah sewajarnya kalo kami mengarahkan semua tindakan-tindakan kami- tanpa terkecuali, demi perut-perut buncit kami ini. Lantas, anda semua mungkin akan bertanya... bagaimana cara kami melestarikan koor yang luhur itu secara turun-temurun? Ahaa...inilah negeri kami, rumah kami...kami akan terus ada dan berkembang dalam...tradisi!
ORANG-ORANG YANG TADI MEMBEKU DALAM AKTIVITAS MEREKA, TIBA-TIBA MENCAIR KEMBALI, MENYANYI DAN MENARI, RIANG.
ORANG-ORANG (Nyanyi) Tradisi!...Koor!...Tradisi!...Koor!...Tradisi!... Koor! Lestarikanlah tradisi!...Koor!...
PUROK MASUK, SOSOKNYA NAMPAK PALING KURUS, PENAMPILANNYA GANJIL DIBANDINGKAN YANG LAIN. PUROK CELINGUKAN, SEPERTI ORANG LINGLUNG.
ORANG 1 (Nyanyi)
Dengan tradisi koor...kita tau kapan kita mesti tidur...
ORANG 2 (Nyanyi)
...kita tau kapan mesti bangun...
ORANG-ORANG (Nyanyi) Tradisi!...Koor!...Tradisi!..Koor!...Makmur....!
ORANG-ORANG (Nyanyi)
Jangan jadi orang jujur...hidupnya nanti malah mundur!
ORANG-ORANG (Nyanyi)
Tau sama tau...itu jurus yang paling manjur!
PEREMPUAN 1 (Nyanyi)
Mau belanja di pasar, jangan cuma bawa uang...
ajak saudara atau teman, biar bisa bersekongkolan...
PEJABAT 1 (Nyanyi)
Kedudukan tinggi, jadi mentri, atau polisi...cukup pake koneksi.
ANAK-ANAK KECIL (Nyanyi)
Umur tiga tahun kami mulai belajar curang...umur lima tahun belajar tipu-tipuan...
ANAK-ANAK REMAJA (Nyanyi)
Umur lima belas mulai praktek lapangan...curi-curi waktu...cari-cari kesempatan. Jilat sana-jilat sini...rebut kedudukan orang!
ORANG-ORANG (Nyanyi)
Itulah nilai luhur warisan para leluhur...
SEKELOMPOK ORANG-ORANG SEDANG MELAKUKAN TRANSAKSI DI PASAR DENGAN SALING MENCURANGI. KUROP HADIR DI ANTARA MEREKA.
KUROP (Pada penonton)
Beginilah cara kami hidup dalam adab kesantunan yang terpelihara dengan baik. Dari generasi ke generasi. Saling menjegal satu sama lain, sikut sana-sikut sini, saling curang-mencurangi- dengan arif. Dan dengan begitu kebersamaan kami terus tumbuh, tercipta oleh satu kebutuhan yang sama...yaitu; kebutuhan membuncitkan perut pribadi!
Black Out
GELAP. HANYA SEBULAT CAHAYA MENERANGI WAJAH PUROK. PUROK TERCEKAM SENDIRIAN. SUARA-SUARA BERITA TENTANG PUROK, SANG KORUPTOR TERDENGAR DARI BERBAGAI SIARAN MEMBUAT SUARA DARI BERITA ITU MENJADI SALING BERTUMPUK.
LAMPU FOLLOW MASIH MENYOROT WAJAH PUROK YANG DUDUK DI SEBUAH KURSI DENGAN WAJAH YANG PUCAT DAN BIBIR YANG BERGETAR.
TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA KETUKAN PALU MENGHENTIKAN SUARA BERITA-BERITA TENTANG KORUPTOR ITU.
SUARA HAKIM
Terdakwa PUROK terbukti melakukan penggelapan uang sehingga negara mengalami kerugian sebesar 15 trilyun. Dan terdakwa PUROK berhak atas hukuman 10 tahun penjara!
LAMPU TIBA-TIBA TERANG SEMUA.
SUASANA PASAR DI NEGERI DURJANASIA, RIUH OLEH SEMUA PENDUDUK NEGERI YANG SEMUANYA BERPERUT BUNCIT.
PUROK MASIH DUDUK DI KURSINYA MEMANDANGI SEKELILING DENGAN RASA HERAN MELIHAT BERBAGAI KECURANGAN YANG ADA DI PASAR ITU.
SEORANG PENJUAL MENGUSIR PUROK DARI BANGKUNYA.
PENJUAL
Minggir! Kursi ini buat langganan saya. Enak aja maen dudukin!
PUROK
Maap, maap...
SEORANG PENJUAL BERAS SEDANG MENEMPELKAN BESI PADA TIMBANGANNYA SUPAYA JADI BERAT SEBELAH.
PENJUAL BERAS
Bagus. ( pada pembeli) Ayo, beras murah, beras murah....
SEORANG PEMUDA SUDAH SELESAI MEMBELI SEHELAI KAIN SELENDANG.
PENJUAL SELENDANG
(Menamparkan uang ke selendang) Laris manis, laris manis...
SI PEMUDA LANGSUNG MENDEKATI PACARNYA, MEMBERIKAN KAIN ITU DENGAN SIKAPNYA YANG ROMANTIS. SI GADIS TERSENYUM SENANG DAN KAGET MELIHAT LIPATAN KAIN ITU BOLONG. SI GADIS LANGSUNG MENAMPAR SI PEMUDA DAN LANGSUNG PERGI. SI PEMUDA MEMANDANG SI PENJUAL KAIN. SI PENJUAL KAIN NAMPAK PUAS.
PENJUAL KAIN
Selendang sutra, selendang sutra...
KECURANGAN TERJADI DI MANA-MANA. PUROK SELALU MERESPON DAN MENCOBA MENCEGAH PARA PEMBELI UNTUK TIDAK BELANJA DI SITU. KUROP, SEORANG PETUGAS POLISI, MEMPERHATIKAN TINGKAHNYA.
PUROK SEMAKIN KEBINGUNGAN MENGHADAPI KEADAAN NEGRI YANG MENURUTNYA KACAU BALAU. KUROP, TERUS MENGAMATI TINGKAH PUROK YANG SEMAKIN ANEH.
KUROP
Hei, kamu! Sini!
PUROK CELINGUKAN, BINGUNG.
KUROP
Kamu! Iya! Kamu, sini!
PUROK
Saya pak?
KUROP
Iya, kamu! Kamu pikir saya ngomong sama malaikat?... Sini!
PUROK TEGANG DAN DENGAN TERPAKSA MENGHAMPIRI KUROP.
KUROP
Kenapa badan kamu kurus?
PUROK
Hah? Ooo...(Menganehi keadaan sekeliling)
KUROP
(Mengacungkan pentungan) Kenapa badan kamu kurus?
PUROK
(Takut) Ii...iya, pak...Ee...eee…emang udah dari sononya, Pak…
KUROP
Kamu pasti bukan orang sini!
PUROK
(Gugup) Mmmm…ii...iya, pak.
KUROP
Darimana asal kamu?
PUROK
Endonesa.
KUROP
Oo…Endonesa. Tau, tau, tau. Pantes. Keliatan. Jelas!
PUROK
Apanya, pak?
KUROP
Gampang terhasut, bisanya cuma ngeluh, suka besar-besarin masalah, susah dimengerti!…Tapi saya kagum sama kamu dalam satu hal.
PUROK
Apa itu?
KUROP
Mimpinya selangit!
PUROK
Ah…bapak bercanda.
KUROP
Serius saya.
PUROK
Seberapa serius bapak menangani masalah?
KUROP
Tergantung. Masalah apa dulu?
PUROK
Kenapa kejahatan didiamkan? Pedagang curang itu juga. Itu kan masalah.
KUROP
Masalah? Curang? Kenapa memangnya? Bagus, kan?
PUROK
Hah! Aneh!
KUROP
Kamu yang aneh!
PUROK
Lho, kok saya?
KUROP
Ya, kamu. Kejahatan, kecurangan, ngakal-ngakalin orang, semua itu termasuk masalah yang baik. Justru kalau kamu tidak melakukan semua itu, kamu bisa ditangkap! Mau kamu ditangkap?
PUROK
Saya ditangkap justru karena saya gak ngelakuin kecurangan? Ah, bapak bercanda! Bapak mau mempermainkan saya, ya? Bapak pikir saya idiot?
KUROP
Kamu pikir kamu ada di mana? Endonesa? Ini negri Durjanasia.
PUROK
Durjanasia? (Pada diri sendiri) Durjanasia? Di mana ada Durjanasia, ya?
KUROP
Ah, payah!…Masak sama tetangga negara sendiri aja gak tau. Keterlaluan! Bisa mati konyol kamu di sini! Udah, sana pulang!…Pulang sana…pulang!...Pulang ke Endonesa!
PUROK
Tapi pak…
KUROP
Pulang! Daripada mati konyol?
PUROK
Mati konyol karena apa?
KUROP
Karena kamu kurus, Endonesa!
PUROK
Ah!...Memang saya kurus...saya akuin...tapi saya sehat walafiat, pak. Saya bisa jamin, saya bisa hidup di sini sampai 7 turunan- kalau saya mau!
KUROP
Kamu? 7 turunan? Gak mungkin!
PUROK
Saya punya uang di mana-mana.
KUROP
Di mana?
PUROK
Swises.
KUROP
(Meremehkan) Kamu yang bercanda sama saya. Mau mempermainkan saya? Saya ini penegak hukum di sini. Saya bisa penjarakan kamu kapan saja saya mau! Termasuk kebohongan kamu tadi.
PUROK
Kebohongan yang mana?
KUROP
Yang 7 turunan tadi! Dengan begitu kamu udah menghina Durjanasia! Kamu tidak tau kan Durjanasia? Tau gak sih Durjanasia itu apa? Wah, wah, wah...ayo, ikut!…Ikut!…Ikut!
PUROK
Kemana pak?
KUROP
Menjarain kamu!
PUROK
(Shock) Iii...iya, pak…kan itu…tadi kan yang...yang saya ucapkan tadi itu kan cuman pengandaian aja, pak…hanya perumpamaan. Seandainya, seumpama, misalkan- ya, maunya saya sih, gitu. Tapi…itu kan cuma istilah, pak. Tapi sumpah, pak…saya hanya gak ingin diusir dari negara bapak yang santun ini.
KUROP
(Tersinggung) Apa kamu bilang? Santun?
PUROK
Santun, pak.
KUROP
Sekali lagi kamu berani bilang begitu, saya pentung kepala kamu!
PUROK
Tapi santun kan pujian, pak. Bapak gak suka dipuji?
KUROP
Itu hinaan paling keji dan biadab!
PUROK
Lho, tapi itu...
KUROP
Udah, udah...cukup! Saya udah kehabisan akal buat ladenin kamu! Ayo, ikut! Orang kayak kamu emang pantesnya dikerangkeng supaya gak nyusahin orang!
PUROK
Waduh, pak…tapi...apa itu salah?
KUROP
Salah! Fatal! Kamu udah mencoreng dan mempermalukan wibawa bangsa saya! Dan hukumannya adalah penjara seumur hidup!
PUROK
Saya gak terima ini! Bapak sudah mempermainkan saya, mengintimidasi saya, memperlakukan saya seolah saya telah melakukan tindak kriminal! Saya juga bisa mengadukan bapak karena sudah berusaha mencemarkan nama baik saya!
KUROP
(Terbahak) Haha...dasar Endonesa! Endonesa…Endonesa… (Langsung paksa) Ayo, ayo!...Ayo, ikut saya! Daripada kamu ngoceh terus gak karuan kayak gitu! Karena semakin banyak yang kamu ocehin semakin banyak juga kesalahan yang bisa memberatkan hukuman kamu!
PUROK
Waduh, pak...tapi, pak…maap, maap...baik, oke. Saya akuin, saya salah. Maap, pak. Tapi saya mohon pengertian bapak...mm...maksud saya....tolong, urusan ini hanya sampai di sini aja. Mmm...maksud saya...kalo bapak gak keberatan....dan apabila bapak bersedia...apakah sudi kiranya bapak tunggu saya sebentar aja di sini...mmm...maksud saya...saya mau nyiapin dulu segala sesuatunya supaya urusan di antara kita bisa selese. Bentar ya, pak. (Bicara pada penonton) Pantas gak, ya...saya lakuin ini? Kalo di negri saya, sih...cara ini ampuh banget buat nyelesain masalah. Ah, coba dulu deh. (Mengambil segepok uang dari tasnya dan menaruh uangnya di pojokan, lalu kembali menghampiri KUROP) Pak... mmm...bapak liat pohon itu...batu! Di samping kiri batu…daun. Nah, yang di bawahnya itu untuk bapak!
KUROP
(Menoyor kepala PUROK dengan kesal) Aduh! Pinter banget sih Kamu!
PUROK
(Tersanjung) Ah, bapak bisa aja…
KUROP
Duuuh...! Kamu bisa mikir gak, sih? Coba pikir! Pantesnya orang kayak kamu itu diapain, sih?
PUROK
Waduh...salah lagi saya ya, pak?
KUROP
(Menggeram, habis kesabaran) Gggrrr....
PUROK
(Gemetar) Maap, maap, pak...tapi bukan maksud saya begitu.
KUROP
Kalo bukan begitu apa lagi? Selain kamu mempermalukan saya, kamu udah menghina adab dan budaya bangsa ini!
PUROK
Ya, tapi...ini kan cuman sekedar cara...hanya cara. Nggak lebih buruk dari nipu kan, Pak? Kenapa saya harus dituduh sebagai penghina budaya bangsa?!
KUROP
Karena adab kesantunan di sini sudah terpelihara dengan baik sejak dari jaman nenek moyang! Kalo kamu melanggarnya berarti kamu telah memberaki nenek moyang saya! Dan saya gak akan diam saja melihat ada orang asing menodai nilai luhur warisan moyang saya! Saya akan hukum kamu seberat-beratnya atas perbuatan kamu ini! Kamu akan saya gantung sampe leher kamu putus! Ayo, ikut!
PUROK
Ampun, pak...tobaat! Tolong, jangan hukum saya karena kesalahpahaman ini. Jangan gantung saya, pak. Saya cuma orang asing bodoh yang gak tau apa-apa soal adab kesantunan negeri bapak yang...yang luhur ini. Moga-moga nenek moyang bapak juga mau memaafkan saya atas kelancangan saya ini. Tapi saya bener-bener gak tau mesti gimana lagi agar masalah di antara kita bisa selesai dengan baik. Dan soal yang di bawah daun itu...saya ikhlas, pak...itu memang untuk bapak. Walaupun cara saya itu bapak nilai telah mencoreng budaya bangsa...tapi sumpah, pak... cara itu cara yang terbaik dari yang saya tau.
KUROP
(Sambil bergerak ke arah uang yang diletakan Purok) Ini...nih...walaupun kamu nyebelin...tapi kamu jago ngeles juga, ya. Itu salah satu lagi yang bikin saya suka sama kamu. Cukup licik! Dengan modal itu kamu bisa mulai hidup di negri ini. Ya, paling-paling cuma butuh waktu dan sedikit proses untuk jadi seperti saya. (Ngambil uang yang ditaruh Purok di bawah daun, menimang-nimang sebentar) Eh, sini!
PUROK
Saya?
KUROP
Iya, pinter! Sini!
PUROK MENGHAMPIRI KUROP, MENGELUARKAN CATATAN.
KUROP
Nama kamu siapa?
PUROK
Purok, Pak.
KUROP
Lumayan. Keperluan?
PUROK
(Bingung) Aaa..eee...tt...tamasya, Pak.
KUROP
Mmm...tamasya. Ada berapa ginian yang kamu bawa?
PUROK
Oh. Ya, cukuplah, Pak.
KUROP
Cukup buat apa aja? 7 turunan?
PUROK
O, enggak, Pak. Tadi itu kan cuman istilah aja. Ya, salah satunya...cukuplah buat nambahin bapak.
PUROK MEMBERIKAN UANG SEGEPOK LAGI, KUROP MENERIMANYA, MENGHITUNG-HITUNG. TAK LAMA KEMUDIAN MUNCUL KADUS.
KADUS
Ehem, Ehem..Ehemm....
KUROP
Wah, Pak Kadus. Abis belanja, Pak?
KADUS
Mmm. Gimana pendapatan hari ini?
KUROP
So Far So Goodlah, Pak.
KADUS
Good...good. (Melihat PUROK) Siapa ini?
PUROK
Saya…saya…Purok, pak. (Mengulurkan tangan, ngajak salaman)
KADUS
Ngapain kamu di sini? Sana, sana! Gembel!
PUROK
Lho, tapi saya lagi ada urusan sama bapak ini, pak.
KUROP
Ah, urusan apa? Enggak. Yang mana?
PUROK
Batu, Pak. Yang di bawah daun...
KUROP
Daun yang mana?
PUROK
Yang saya tambahin barusan.
KADUS
Daun? Daun apaan, sih?
KUROP
Oh…enggak, pak. Cuma recehan. Gak penting.
KADUS
Oo...(Pada PUROK) Bener, gak penting?
PUROK
(Mau protes) Mm...tapi dua gepok...(diplototin KUROP)...iya, iya. Bener, pak. Gak penting.
KADUS
Mencla-mencle kamu!! (Kepada PUROK) Udah, sana kamu. Kami tidak terima orang-orang seperti kamu. Udah kurus, mencla-mencle lagi. Kamu bisa memperburuk wajah Durjanasia dan mengganggu stabilitas nasional. Sana! (Menarik KUROP ke sisi lain). Saya liat prestasi kamu tidak meningkat, Kurop. Perut kamu juga tidak bertambah besar. Ada apa sebenarnya?
KUROP
Begini, pak. Kemarin-kemarin saya agak kalah cepat dengan si Kurap dan teman-temannya. Tapi saya akan berusaha mengalahkan mereka di proyek berikutnya.
PUROK BINGUNG MENDENGAR PERCAKAPAN MEREKA.
KADUS
Ya, harus gitu. Apalagi si Kurap bakal dinobatkan jadi Warga Durjanasia paling berprestasi tahun ini.
KUROP
Wah, gawat! Emang proyek apaan aja yang dia dapat?
KADUS
Oo, banyak!… Aspal Jalan di selatan, Babat hutan, Iklan calon pejabat, export minyak mentah, terus...
KUROP
Wah, berapaan tuh pak?
KADUS
Buanyak!
KUROP
Pantas aja kalo dia bakal dinobatkan jadi tokoh paling berprestasi di negri ini.
KADUS
Ya, iyalah! Dia lebih licik dan berhati batu dibandingin kamu! Lha, kamu? Gampang kasihan! Gak tegaan! Masih doyan recehan! Padahal sebagai penegak hukum seharusnya kamu memberikan contoh yang baik dan bisa menjadi suri tauladan buat masyarakat. Payah kamu!
KUROP
Kan tadi saya bilang saya ingin menyaingi si Kurap.
KADUS
Dengan cara apa?
KUROP
Santunan Orang Miskin, Pak.
KADUS
Wah…oke, tuh. Berapaan?
KUROP
Walaupun cuma regional, pak…tapi, yaah...kalo diitung-itung bisa nyampe 17 triyunan kuriah lah, pak.
KADUS
Mmm...Good!…Kalo gitu, 50% jangan lupa kamu siapin buat saya.
KUROP
Bisa diatur, pak. Tapi 20% aja ya, pak. Ntar yang lain pasti minta bagian juga. Nanti saya dapet apa?
KADUS
Ya, diatur dong!…Katanya mau jadi tokoh masyarakat? (Pada PUROK) Eh, Gembel! Liat ini! Kamu denger barusan, kan? Ini calon tokoh berprestasi berikutnya di negri ini. Kamu mesti banyak belajar dari orang-orang kayak dia!
PUROK
Oo, iya, iya, pak. Pasti, pasti.
KADUS
Pasti, pasti. Mencla-mencle kamu. (Kepada KUROP) Jangan Lupa yang 50%!…
KADUS PERGI.
KUROP
Waduh, nasib!…Proyek belom jalan, udah ilang 50%! (Lalu berjalan keluar)
PUROK TERNGANGA, LALU BICARA PADA PENONTON.
PUROK
Durjanasia? Walaupun saya baru pertama kali denger ada negri bernama Durjanasia, tapi dengernya saja udah bikin tentram hati saya. Yess! Sekarang saya udah gak perlu takut lagi sama kejaran aparat dari negeri saya. Karena dengan menjadi warga negara ini, saya akan terbebas dari dakwaan sebagai koruptor buronan. Ini, negri seperti ini yang saya cari. Saya bukan hanya dapat tempat sembunyi, tapi sekaligus saya mendapatkan kehidupan yang saya dambakan. Ah, kalo tau gini, gak perlu repot-repot nyamar jadi turis. Karena adab dan budaya curang sangat dijunjung tinggi di sini. Dan dengan ilmu dan pengalaman saya sebagai koruptor, saya yakin, saya bisa jadi warga Durjanasia yang baik. (melihat ke perutnya) Nah, tinggal ini yang perlu dipikirin. (Lalu tersenyum)
TRANSISI. DI BELAKANG PUROK SUDAH NAMPAK ORANG-ORANG MENGANTRI DI DEPARTEMEN TENAGA KERJA. PUROK MELIHAT KE ARAH MEREKA.
PUROK
Nah! Dari sinilah saya akan mulai!
Adegan 2
Fade up
DEPARTEMEN TENAGA KERJA.
DOWN RIGHT, MEJA PETUGAS PENGAMBILAN NOMER ANTRIAN.
RIGHT CENTRE, TERDAPAT MEJA 1 SURAT REKOMENDASI. UP CENTER, KURSI ANTRIAN YANG TERSUSUN DENGAN SANGAT RAPI. LEFT CENTER, MEJA 2 PETUGAS STEMPEL. DAN DOWN LEFT, PINTU KE RUANG LAIN.
PUROK TERUS MENGAMATI DAN MEMPELAJARI SITUASI AKTIFITAS YANG SEDANG TERJADI DAN BERGERAK MENEPI, BERDIRI TIDAK JAUH DARI KERUMUNAN ORANG–ORANG YANG SEDANG MENGANTRI.
BEBERAPA ORANG SEDANG BERGEROMBOL DI DEKAT MEJA REKOMENDASI UNTUK MENDAPATKAN SURAT REKOMENDASI.
BEBRAPA YANG LAIN SEDANG MENGANTRI UNTUK MENDAPATKAN STEMPEL PENGESAHAN DARI PETUGAS STEMPEL.
PETUGAS ADMINISTRASI
(mengabsen) 128..!
KALBUN MAJU KE DEPAN MEJA, LALU DUDUK.
PETUGAS ADMINISTRASI
Nama?
KALBUN
Kalbun, Pak.
PETUGAS ADMINISTRASI
Lamaran kerja; Dinas Kesehatan. Posisi; Kepala Staf Bagian Keuangan. Sogokan?
KALBUN
5 Juta, Pak.
PETUGAS ADMINISTRASI
Good. Ini surat rekomendasinya. (Menunjuk ke meja 2) Stempel di sana.
KALBUN
Yes! Makasih, Pak.
KALBUN LANGSUNG BERGEGAS MENGANTRI DI MEJA STEMPEL, LANGSUNG NYELAK KE ANTRIAN PALING DEPAN. DI DEPANNYA, SEORANG WANITA DUDUK DI HADAPAN PETUGAS.
PETUGAS ADMINISTRASI
129...!
SODID
Saya, Pak.
PETUGAS ADMINISTRASI
(Berteriak) Nyingkir! Saya gak terima sogokan ratusan ribu!
SODID
Tapi ini udah sesuai dengan lamarannya. Saya kan melamar kerjanya cuma jadi OB.
PETUGAS ADMINISTRASI
Mau OB, kek...biayanya sejuta dua ratus!
SODID
OB, pak...cuma OB. Masa sampe jutaan?
PETUGAS ADMINISTRASI
Kamu pikir gampang apa nyalurin kerja? (Memanggil) Satpam!...
DUA ORANG SATPAM MENDEKAT.
PETUGAS ADMINISTRASI
Storin nih gembel ke polisi!
SODID
Bentar, Pak. Sogokan yang tadi...
SATPAM
Banyak cingcong! Ikut!
KEDUA SATPAM ITU MENYERET SODID.
DI MEJA STEMPEL, JUDAM YANG ADA DI BELAKANG KALBUN TAMPAK GERAM, IA LALU MEMBALIKAN TUBUH KALBUN.
JUDAM
Heh, enak aja maen nyelak. Gua udah ngantri dari tadi, neh. Nomer antrian lo berapa?
KALBUN
Apa? Kenapa? Sogokan lo berapa?
JUDAM
2 juta.
KALBUN
Ya, udah. Lo di belakang gua. Sogokan gua 5 juta. Minggir, minggir, minggir. Sogokan seiprit aja mau di depan!
PUROK YANG DARI TADI MEMPERHATIKAN ORANG-ORANG DI SITU, TAMPAK CERAH SEPERTI DAPAT IDE MELIHAT APA YANG DILAKUKAN KALBUN.
PUROK
Ini yang paling asyik. Saya paling suka ambil jalur cepat.
PUROK LANGSUNG BERGEGAS MENUJU ANTRIAN STEMPEL, LANGSUNG MENYELAK DI TENGAH-TENGAH ANTRIAN ITU.
HURSUR YANG BERADA DI BELAKANG PUROK TAMPAK TERSINGGUNG KARENA DISELAK SAMA ORANG KURUS.
HURSUR
Ehm...Ehm...
PUROK HANYA NENGOK, MENGANGGUK DAN TERSENYUM PADANYA KEMUDIAN MENGANTRI KEMBALI.
HURSUR
Ehm!...
PUROK
(Mengangguk) Pak...
HURSUR
Mau ambil posisi saya? 30 juta, mau?
PUROK
(Terkejut) Waduh!
HURSUR
Minggir!
PUROK PUN KEMUDIAN MENYINGKIR KE BELAKANGNYA, TAPI TETAP TAK ADA CELAH UNTUKNYA. PUROK AKHIRNYA BERDIRI PALING BELAKANG. PUROK BERUSAHA KEMBALI MENYELAK ANTRIAN, TAPI SEMUA ORANG YANG ANTRI MENYINGKIRKAN PUROK HINGGA IA TERPELANTING KE TEMPAT ASALNYA.
PUROK
Gila! Gimana caranya saya bisa nembus?
PUROK MENGAMATI LAGI SITUASI SEKITAR.
PETUGAS ADMINISTRASI
Nama dan alamat?
ABIDIN
Abidin. Kampung Pulo Tiud, no 313 Kelurahan Durjanasia Barat.
PETUGAS ADMINISTRASI
Berapa uang administrasi yang kamu siapkan?
ABIDIN
15 juta pak.
PETUGAS ADMINISTRASI
Baik. Kamu memberi diatas 10 juta, berarti masuk kategori 3. Ini kamu dapat nomer 51 dan tanda tangan disini.
ABIDIN
Terimakasih, pak.
PETUGAS ADMINISTRASI
(Teriak) Next!…
SITI BAGIYATUN TAMPAK SEDANG MERAYU PETUGAS STEMPEL.
PETUGAS STEMPEL
Siti Bagiyatun...ini gimana? Kok, gak ditulis sogokannya?
SITI BAGIYATUN
Ah, bapak...malulah, pak. Masa kayak gini aja harus ditulis.
PETUGAS STEMPEL
Oh, harus. Untuk bukti. Kalo kamu gak nepatin janji gimana?
SITI BAGIYATUN
Tapi kan ini sogokannya laen.
PETUGAS STEMPEL
Saya ngerti. Saya tahu. Saya paham. Tapi kamu mau ngasih berapa malem? Itu kan harus ditulis. Ayo, berapa malem kamu mau sama saya?