Selasa, 28 Juni 2011

BAYI, IBU, DAN SEORANG PEMABUK

Telah larut saat seorang bayi berceloteh tiada henti. Ia telah puas menyusu. Sementara itu, perempuan muda di sampingnya telah terpejam, meski bola matanya masih bergerak-gerak menandakan ia belum tidur. Itu ibunya. Dan perempuan ini tampak menguap. Sekali kepalanya menoleh ke kiri, tersenyum, kemudian terpejam lagi. Namun hanya sebentar saja. Karena setelah itu terdengar rengek si bayi.
Tidak lama berselang, seorang pemabuk membuka pintu. Bau alkohol dan keringat sontak memenuhi ruangan. Dengan terhuyung ia menghampiri sang ibu dan mulai mendekapnya.
30 menit berlalu. Si pemabuk terlentang di bawah ranjang. Bunyi dengkurnya yang keras mendesis seperti ular. Mulutnya menganga, berdecak, lelap dengan sangatnya.
Di atas ranjang, si ibu mulai merapikan bajunya, menggulung rambutnya yang kusut, sambil mengeringkan sisa keringat dengan ujung selimut. Wajahnya pucat pasi. Sebelumnya ia telah terdiam sejenak menatap ke langit-langit. Merasakan bulir-bulir hangat menetes dari matanya.
Ia telah seringkali menangis, beberapa diantaranya bahkan disertai memar pada wajah atau bagian tubuhnya. Dan ini adalah yang kesekian kali. Ia melongo. Ditatapnya bayi yang tertidur pulas di sebelah kirinya, lalu tatapannya berpindah pada laki-laki yang mendengkur di bawah ranjang.
Ia ingin menjerit dan meronta, namun tertahan wajah polos di sebelah kirinya. Pikirannya menerawang, ia seolah ingin berkata, "Bayi ini, daging kecil ini, meminta dunia dengan celoteh dan rengekan ingin susu. Ia menyusu karena naluri. Sementara laki-laki ini, pemabuk ini, meminta dunia dengan teriakan dan paksaan ingin susu. Ia menyusu karena birahi. Benarkah ia suamiku?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Lack of happiness